–
Selamat datang, Ruang Migran (RUMI) saat ini telah hadir. Dengan mengusung tagline “Heartwarming Stories Inspire”, RUMI didirikan untuk menjadi ruang kreatif dan menginspirasi para pekerja migran di luar negeri.
Aktivitas kreatif komunitas RUMI bisa diakses publik melalui website ruangmigran.id dan tersedia aplikasi versi smartphone yang bisa didownload di Google Playstore dan iPhone. Para pekerja migran bisa mendaftar menjadi anggota.
“RUMI berupaya membuka akses segala informasi mengenai seluk-beluk pekerja migran, termasuk platform pengaduan online,” kata Ani Ema, mantan pekerja migran yang didapuk memimpin RUMI, Jumat (24/6/2022).
Sebagai media komunitas, RUMI saat ini melibatkan pekerja migran di Singapura berjumlah 35 orang di tahap awal. Mereka telah mendapatkan pelatihan untuk menjadi kontributor.
“Selain sebagai media silaturrahmi, aplikasi RUMI juga untuk mewadahi berbagai inovasi kreativitas pekerja migran Indonesia (PMI) di Singapura. Kami juga akan melakukan kegiatan hybrid, online dan offline,” ungkapnya.
Menurutnya, inovasi ini penting agar pekerja migran di luar negeri, khususnya di Singapura terinspirasi untuk melakukan terobosan positif. “Tentunya agar memberikan dampak besar bagi kehidupan mereka ke depan,” ujar perempuan yang juga berprofesi sebagai sutradara film ini.
Impact Director
Ani optimistis, melalui RUMI ini akan mencetak lebih banyak ‘impact director’ dengan membuat konten-konten positif dan ber-impact ke banyak orang. Misalnya melalui cerita-cerita yang menghangatkan jiwa dan menginspirasi.
“Melalui RUMI, kami ingin mencetak pencerita atau storyteller yang mampu menceritakan hal sederhana, serta sarat makna kemanusiaan. Oleh karena itu tagline RUMI ‘Heartwarming Stories Inspire’,” bebernya.
Ani sendiri selaku “credible voice” atau mantan pekerja migran, mengungkapkan betapa pentingnya mengasah dan menggali potensi diri.
“Misalnya, saya menggunakan keterampilan reflektif saya sebagai mantan pekerja migran untuk membuat film dokumenter berjudul Helper Hong Kong Ngampus,”
Film tersebut mengupas perjuangan pekerja migran untuk melanjutkan belajar formal ke jenjang pendidikan tinggi. “Film ini adalah cerminan dari perjuangan pribadi saya. Setelah menonton film saya, banyak rekan saya para pekerja migran di Hong Kong melanjutkan pendidikan sambil bekerja di luar negeri. Sehingga ketika mereka kembali ke rumah, mereka dapat memiliki gelar sarjana,” ungkap dia.
Lebih lanjut, kata Ani, produk film tersebut hanya salah satu contoh usaha untuk bernegosiasi dengan kehidupan yang dia alami.
“Saya tidak akan ragu menyebut diri saya sebagai perempuan yang selalu ingin mendobrak langit-langit kaca dalam hidup saya,” ujarnya.
Rumi didirikan oleh seorang akademisi dan peneliti asal Yogyakarta, Dr. Noor Huda Ismail yang saat ini tinggal di Singapura. Kelas-kelas kreatif akan dibuka secara gratis bagi pekerja migran Indonesia.
“Tujuannya untuk membekali mereka agar terlatih di bidang yang mereka minati. Baik audio visual, tulis menulis dan lain-lain. Sehingga para PMI ini akan menjadi kontributor aktif. RUMI menjadi ‘rumah’ bagi semua pekerja migran Indonesia,” katanya. (*)