Tantangan Kerja di Singapura

Bagi Masyitoh atau di Singapura biasa dipanggil Mosquito, bekerja di sektor rumah tangga memang tidak memerlukan bekal pendidikan yang tinggi, namun memiliki banyak tantangan yang khas. Menghadapi keluarga majikan yang memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda-beda, peraturan yang mengikat 24 jam, atau tiba-tiba menghadapi anggota keluarga majikan yang sedang bad mood karena sedang dirundung masalah, atau ikut merasakan kesulitan ekonomi majikan ketika bisnisnya sedang merugi.

Dimarahi karena teledor atau dimarahi karena majikan sedang stres sudah menjadi makanan sehari-hari. Awal-awal bekerja dia sempat menggerutu mendapat perlakuan seperti itu.

“Orang kaya kok kelakuannya begitu?”, begitu gerutunya.

Namun lambat laun dirinya mulai bisa menerimanya dan belajar menyikapi yang benar agar tidak mengganggu pikiran. Mosquito pada dasarnya orangnya cuek, sehingga mudah melupakan bila ada kejadian yang tidak mengenakkan.

Dia juga akhirnya menemukan tips jitu menghadapi majikan yang terbukti membuatnya bisa bertahan selama kurang lebih 24 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga.

“Kalau ada masalah jangan dimasukkan hati, nanti raut wajah kita jadi cemberut. Kalau wajah kita cemberut malah majikan semakin marah. Intinya, kalau dilempar batu jangan balas lempar batu. Tapi balas lempar bantal”, katanya.

Kisah Cinta

Seperti kebanyakan perempuan lainnya, Masyitoh juga memiliki kisah cintanya sendiri yang unik. Kisah cinta seorang pekerja migran sektor rumah tangga yang terikat dengan kebijakan sang majikan, sangat menarik untuk diikuti agar bisa diambil pelajaran bagi para pekerja migran lainnya atau calon pekerja migran.

Di sini kami mencoba menyajikan cerita bagaimana Masyitoh menghadapi para lelaki yang mencoba menggodanya hingga bagaimana ia sempat pernah menjalani LDR (Long Distance Relationship). Ceritanya bisa menjadi pelajaran di tengah maraknya kasus love scaming yang menimpa banyak pekerja migran perempuan.

Dalam pergaulan dengan lawan jenis, Masyitoh mengaku sangat berhati-hati. Itu tak lepas dari pesan majikannya bahwa dia boleh punya pacar tapi harus pintar jaga diri. Apalagi pernah ada kejadian pekerja migran yang dibunuh pacarnya.

Menurut Masyitoh, sebagai pekerja migran perempuan yang rawan dimanfaatkan oleh pria-pria nakal, dia harus bersikap tegas bila ada yang mencoba menggoda. Dirinya sering ketika berbelanja digoda oleh pria lokal.

Ada yang hanya bilang “Hello girl, from Indonesia?”. Yang seperti ini biasanya dia akan balas dengan berkata-kata galak sudah berhenti.

Tapi pernah juga ada yang bandel dan mengikuti dia belanja. Yang seperti ini ada yang sampai dia lempar pakai sepatu dan payung, sehingga memancing perhatian orang. Lalu ada petugas supermarket yang mendampinginya sampai selesai belanja.

Ada juga yang menunggu dia di jalan dan melemparkan kertas berisi nomor handphone ke arahnya, berharap dia pungut dan menyimpannya. Dia langsung menginjak kertas itu dan tidak memperdulikannya. Intinya, menurutnya bila kita tegas yang akan mengganggu atau menggoda juga segan.

Nah, soal kisah cinta, itu awal ceritanya terjadi di tahun 2017. Saat itu dirinya sedang pulang kampung dan bertemu teman-teman SMP-nya. Cerita dari teman-temannya ada salah satu teman pria yang menyukainya. Dia kemudian dimasukkan grup yang berisi teman-teman SMP-nya. Di grup itu semua teman-temannya memanas-manasi agar dia jadian dengan teman pria yang menyukainya itu. Sebut saja pria ini dengan si A.

Masyitoh kemudian berpikir, mungkin bisa jadi ini memang jalan menuju jodohnya, maka tak ada salahnya menerima si A jadi pacarnya. Tapi pacaran jarak jauh itu bagaimana dia belum tahu. Sampai dia mencari tips pacaran jarak jauh di internet. Akhirnya ia memutuskan mencoba dijalani saja dulu.

Dirinya sempat menjalani LDR-an selama kurang lebih setahun. Selama itu majikannya tidak mempermasalahkan asal tidak sampai mengganggu pekerjaannya. Masyitoh sepakat karena dirinya juga sangat mencintai pekerjaannya.

Awal-awal menjalani LDR tidak ada masalah. Si A bisa mengerti posisi Masyitoh sebagai asisten rumah tangga yang 24 jam menghadapi majikan. Namun lama kelamaan pacarnya itu mulai menuntut perhatian yang lebih. Minta lebih sering video call dan seterusnya hingga dirasa mulai mengganggu pekerjaannya.

Tapi yang paling membuat Masyitoh kesal adalah pacarnya itu meminta dirinya agar segera pulang dan menikah dengan berbagai alasan. Masyitoh yang masih ingin melanjutkan pekerjaannya selalu menolak permintaan itu dengan berbagai alasan pula. Hingga akhirnya sang pacar nekad melamar dirinya kepada orangtuanya. Masyitoh pun tetap bertahan menolaknya dan memilih memutuskan hubungan mereka.

Baginya melanjutkan pekerjaan demi kebahagiaan orangtua dan adik-adiknya dan demi masa depan dirinya itu lebih utama daripada menuruti keinginan pacarnya. Terlebih lagi dirinya mengaku saat itu masih belum siap hidupnya diatur-atur oleh orang lain. Di samping itu ada juga beberapa ketidakcocokan antara dirinya dengan pacarnya.

Tak lama setelah putus dengan pacarnya, Masyitoh semakin fokus memikirkan rencana masa depannya setelah pulang kampung nanti. Tidak mungkin selamanya dia terus bekerja sabagai pekerja migran di negeri orang. Dia mulai rajin mengikuti kursus-kursus, ambil sekolah Paket C (setara SMU), dan terakhir mengambil kuliah kelas karyawan di bidang ekonomi.

(Bersambung)