Persiapan Pulang

Tak lama setelah putus dengan pacarnya, Masyitoh semakin fokus memikirkan rencana masa depannya setelah pulang kampung nanti. Tidak mungkin selamanya dia terus bekerja sebagai pekerja migran di negeri orang. Ketika kami wawancara, dia mengemukakan rencananya untuk pulang kampung setelah kontrak kerjanya yang sekarang berakhir.

Dia mulai rajin mengikuti kursus-kursus, ambil sekolah Paket C (setara SMU), dan mengambil kuliah kelas karyawan di bidang ekonomi. Di Singapura ada banyak kursus yang bisa diambil oleh para pekerja migran di hari libur, seperti kursus Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, marketing, tata boga, dan berbagai ketrampilan lainnya. Mayoritas kursus untuk pekerja migran ini gratis.

Syarat untuk bisa mengikuti kursus-kursus itu harus memiliki pendidikan terakhir setara SMA. Maka Masyitoh harus ikut sekolah Paket C dulu. Setelah itu dia rajin mengikuti beberapa kursus. Yang paling dia sukai adalah kursus marketing online, karena itu nanti akan sangat membantu rencananya untuk memulai bisnisnya di kampung. Sedangkan untuk materi dari kursus-kursus yang lain rencananya akan ia ajarkan kepada masyarakat di kampungnya.

Tidak puas hanya mengikuti kursus-kursus, Masyitoh terpicu untuk mengikuti program kuliah Diploma 4 (setara S1) dan mengambil jurusan ekonomi. Meskipun untuk kuliah ini memerlukan biaya yang tidak sedikit dan memerlukan pengorbanan waktu dan pikiran di tengah kesibukannya sebagai asisten rumah tangga, dia tetap semangat menyelesaikannya.

“Kuliah di Singapura itu dibuat susah ya susah, dibuat mudah ya mudah. Susahnya itu bayarnya mahal, mesti menyisihkan uang gaji yang menuntut saya harus berhemat. Terus pas kalau ada tugas kuliah, harus pintar cari waktu untuk mengerjakannya. Tapi saya buat mudah saja, saya tidak mau susah-susah biar lancar”, tuturnya.

Bagi Masyitoh, rencana pulang kampung itu merupakan bagian dari rencana meningkatkan taraf hidupnya. Dari pekerja migran menjadi pebisnis, atau pengajar kursus, atau pemateri workshop, dan seterusnya. Maka dari itu, meskipun saat ini dia harus bekerja keras membagi waktu antara bekerja dan belajar, dia tetap menikmatinya.

Alasan Memutuskan Pulang

Meninggalkan majikan tempatnya bekerja selama puluhan tahun bukan hal yang mudah bagi Masyitoh. Dia harus menyiapkan banyak hal. Selain bekal pengetahuan dan ketrampilan, yang terutama adalah menyiapkan mental untuk menghadapi tantangan-tantangan baru. Menghadapi perubahan kondisi dari yang setiap bulan dapat gaji menjadi orang dengan pendapatan tidak tetap itu perlu kesiapan mental.

Di sisi lain sang majikan juga mungkin berat melepasnya, karena belum tentu bisa dapat asisten rumah tangga sebaik Masyitoh. Tapi kalau dirinya tidak nekad, nanti malah diundur-undur dan ujung-ujungnya tidak jadi pulang.

Alasan utama dia ingin pulang sama dengan keberangkatannya dulu, yaitu karena ingin berbakti kepada orangtua. Sekarang orangtuanya tinggal ibunya seorang dan sudah memerlukan kehadiran dirinya.

“Setelah bertahun-tahun merantau, sudah bukan saatnya memikirkan soal harta (dunia) terus. Harus mulai memikirkan keluarga. Kadang dalam hati masih ingin kerja di sini, tapi setengah hati saya mempertanyakan tanggungjawab terhadap orangtua. Saya masih punya ibu dan adik-adik. Bismillah, saya sukses semua juga sukses. Itu saja harapan dan cita-cita saya”, jelasnya.

Gagasan Pemberdayaan Masyarakat di Kampung

Belajar dari kondisi yang pernah ia alami di masa lalu, Masyitoh punya pemikiran bagaimana memberdayakan masyarakat agar bisa meningkatkan kesejahteraan mereka tanpa harus menjadi pekerja migran di luar negeri. Sebab menjadi pekerja migran itu berat dan tidak semuanya bisa seberuntung dirinya. Bekerja di negeri sendiri apalagi bisa dekat dengan keluarga adalah yang terbaik.

Maka ia lantas mulai memikirkan apa yang bisa dilakukannya untuk membantu dalam memberdayakan masyarakat. Menurutnya yang paling mungkin dilakukan adalah dengan berbagi atau mengajarkan pengetahuan dan pengalamannya di Singapura kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

“Saya dan teman-teman sudah mempersiapkan untuk membuat berbagai workshop. Ada teman yang sudah pulang dan mulai merintisnya. Nah, nanti kita mau bekerjasama. Paling nggak saya ingin punya tempat di mana saya bisa mengajar Bahasa Inggris bagi anak-anak di kampung saya. Karena kalau kursus itu kan mahal”, ujarnya bersemangat.

Dari workshop-workshop dan kursus-kursus yang akan ia selenggarakan itu dirinya berharap bisa memberikan sumbangsih bagi pemberdayaan masyarakat. Setidaknya ada manfaat lain yang bisa ia berikan ke masyarakat dari hasil kerjanya di Singapura selama ini, selain dari yang telah ia berikan untuk keluarganya.